Kamis, 16 Juli 2020

Pencemaran Limbah Corona Semakin Tidak Terkendali, Mencampurkannya Dengan Aspal Adalah Solusi Terbaik

Oleh: Salim Abdurrahman

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia ketika tiba-tiba muncul wabah Covid-19,  yang awalnya muncul secara lokal di Wuhan China, lalu merebak dan memporak-porandakan sendi-sendi perekonomian dunia. Data global per 16 Juli 2020 menunjukkan ada 13.382.020 orang dari 216 negara di dunia terkonfirmasi wabah Covid-19 dan 580.038 orang diantaranya meninggal dunia.   Sedangkan untuk data Indonesia menunjukkan ada 80.596 orang yang tersebar di 34 provinsi positif Covid-19 dan 3.797 orang diantaranya meninggal dunia. Mengingat bahwa penyakit yang datang melalui virus corona cukup mematikan (rata-rata sekitar 3-5% kematian dari korban yang telah terpapar virus), lalu obat paten belum ditemukan, maka hanya solusi pencegahan yang menjadi jalan terbaik untuk diupayakan agar masing-masing negara dapat melindungi setiap nyawa warganya.
Bukan hanya angka-angka pasien yang positif dan meninggal, pandemi Covid-19 juga menyisakan persoalan serius, yakni membludaknya limbah medis. Data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan, sejak November 2019 sampai Maret 2020 saja, limbah alat pelindung diri (APD) naik nyaris 10 kali lipat. Pada November 2019, jumlah limbah APD yang diolah di insinerator (alat pembakar sampah) tiap hanya 60 kilogram, sementara pada Maret 2020 sudah mencapai 500 kilogram. Sementara itu, limbah medis yang diolah di insinerator pada November 2019 hanya sebesar 2.159 kilogram, dan pada Maret 2020 naik hampir dua kali lipat di angka 4.000 kilogram. Dan diperkirakan sampai saat ini jumlah limbah medis yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan  angkanya terus membesar. Kementeriam Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, limbah medis atas penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia mencapai 1.108,54 ton selama Maret hingga 8 Juni. Secara rinci, limbah terbanyak berada di region II, yaitu Jawa. Limbah di lima provinsi di Jawa mencapai 478,18 ton. Lalu, disusul region II Bali dan Nusa Tenggara yang mencapai 200,36 ton. Selanjutnya, limbah di Kalimantan mencapai 168,76 ton, Sumatera 147,62 ton, Sulawesi 94,894 ton, dan Maluku-Papua 18,73 ton.
Di satu sisi, jasa pengolah limbah medis di wilayah tersebut belum memadai. Alhasil dimukan adanya limbah medis yang diduga bekas penanganan virus corona yang didominasi oleh palstik dari APD dibuang ke dua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Fenomena limbah medis yang ditemukan di TPA Burangkeng dan TPA Sumur Batu milik Pemerintah Kota Bekasi. Praktik baik pengelolaan limbah rumah sakit yang aman harus selalu diikuti, termasuk juga dengan menugaskan sejumlah petugas yang bertanggung jawab dan menyediakan peralatan untuk membuang limbah secara aman. Tidak ada bukti bahwa kontak dengan limbah rumah sakit mengakibatkan penularan virus Covid-19. Maka sangat penting untuk mengetahui dimana dan bagaimana limbah tersebut dikelola. Seluruh petugas yang menangani limbah rumah sakit tersebut harus menggunakan APD (sepatu boot, rompi pelindung baju/ apron, jubah lengan panjang, sarung tangan tebal, masker, dan kacamata pelindung wajah) yang dimana semua bahan-bahan tersebut didominasi oleh bahan dasar plastik.
Oleh karena itu harus ada inovasi lain dalam mengatasi limbah plastik virus corona yang bersifat ramah linkungan dan berkelanjutan. Sehinggah limbah plastik virus corona tidak menjadi momok bagi pencemaran lingkungan tetapi dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Limbah plastik cirus corona memiliki banyak manfaat salah satunya dengan membuka peluang untuk dimanfaatkan dibidang konstruksi jalan raya. Campuran beraspal memiliki beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk yang berlebihan, keretakan-keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga kerusakan disebabkan karena kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal. bahwa penambahan plastik dalam aspal akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat-sifat aspal.
Campuran aspal yang mengandung plastik menunjukkan bahwa penambahan kadar plastik sampai dengan 3% pada aspal meningkatkan nilai stabilitas, berat isi, kepadatan agregat yang dipadatkan (CAD) dan Marshall Quotient campuran HRA. Sejalan dengan peningkatan penambahan plastik pada aspal, nilai deformasi permanen campuran dari hasil tes jejak roda mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan terhadap stabilitas dinamis. pengujian terhadap nilai marshall lapisan aspal AC – WC yang di modifikasi dengan penambahan campuran limbah plastik type Low Density Polyethylene (LDPE) dengan beberapa karakteristik campuran. plastik dengan mutu rendah yang memiliki karakteristik tingkat resistansi kimia yang sangat baik. Plastik bersifat termoplastik, memiliki densitas antara 0.910 - 0.940 g/cm3 , tidak reaktif pada temperatur kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut dapat menyebabkan kerusakan. Memiliki percabangan yang banyak sehingga gaya antar molekulnya rendah.
Penambahan plastik dalam aspal akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat-sifat aspal. Hasil pengujian Marshall terhadap campuran beraspal yang mengandung plastik menunjukkan bahwa penambahan kadar plastik sampai dengan 3% pada aspal meningkatkan nilai stabilitas, berat isi, kepadatan agregat yang dipadatkan (CAD) dan Marshall Quotient campuran HRA. Sejalan dengan peningkatan penambahan plastik pada aspal, nilai deformasi permanen campuran dari hasil tes jejak roda mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan terhadap stabilitas dinamis.
Maka demi menyongsong New Normal seperti yang kita cita-citakan protokol kesehatan yang disusun tidak hanya melulu berkaitan dengan manusia tetapi juga pada lingkungan. Maka dapatlah kita simpulkan dengan semakin bertambahnya limbah ciris corona setiap harinya, perlu adanya inovasi yang dituntu bukan hanya menyelesaikan permasalahan tetapi juga dapat bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak. Salah satunya dengan mentransformasikan limbah plastik virus corona dengan menjadikannya bahan campuran dalam membuat aspal. Dengan kata lain inovasi tersebut patut untuk diterapkan khususnya di Indonesia karena hal tersebut memiliki urgensitas yang nyata dan memberikan angin segar dalam bidang dunia konstruksi, kesehatan, dan juga lingkungan.